Rasulullah pun memberikan pesan-pesan sebelum menuju ke kota Tha’if dengan sebuah harapan agar Allah memberikan orang-orang yang menjadi penolongnya di sana. Sayyidatuna Fatimah pun menaruh harapan yang besar agar ayahnya mendapat pengikut yang bisa membantunya dalam menyebarkan agama ini. Karena sudah bertahun-tahun dalam keadaan yang sangat memprihatikan ini.
Akan tetapi, semua sudah menjadi taqdirAllah Swt.. Keadaan pun tidak seperti yang diharapkan. Semua penduduk Tha’if menolak ajakan Rasulullah. Bukanhanya itu, bahkan mereka menertawakan, mencaci juga melempariRasulullah Saw. di sepanjang jalan. Maka kembalilah Rasulullah menuju Makkah, sedangkan sekujur tubuh beliaudipenuhi darah. Dalam keadaan sedih beliau kembali ke Makkah. Sesampainya di Makkah beliau pun dilarang masuk, sedangkan Makkah adalah kota yang suci, kota kelahiran beliau, kota tempat beliau dibesarkan. Akan tetapi, Rasulullah Saw. tidak dapat memasukinya kecuali melalui jaminan Mut’im bin Adi. Maka Nabi pun masuk Makkah dalam keadaan yang sangat memilukan ini.
Kemudian, munculah suatu pendapat dari beberapa wanita agar Nabi menikah,maka Nabi meminang Saudah binti Zum’ah. Setelah beberapa waktu beliau meminang Aisyah binti Abu Bakar.
Saudah adalah wanita yang lanjut usia seolah-olah Nabi hanya ingin merawat anak-anak beliau karena umur Saudah diatas 50 tahun, sedangkan Aisyah waktu itu masih kecil maka dipinang oleh Rasulullah dan Nabi tidak berkumpul dengan Aisyah kecuali setelah hijrah ke Madinah.. (bersambung)